KETERTARIKAN FISIK, PENTINGKAH?

 


Di dalam tulisan ini memuat banyak pertanyaan yang bisa dijawab pembaca secara pribadi. Tulisan ini ditulis atas dasar pikiran dan ketertarikan fisik yang seringkali menjadikan kita bahagia. Bahasan kebahagiaan manusia sebenarnya sangat luas dan sangat banyak, karena manusia itu sangat kompleks. Makanya jangan heran ketika kita belajar kebahagiaan dari berbagai perspektif, teorinya banyak sekali.

Belakangan ini aku tertarik pada bahasan  'kebahagiaan yang hadir karena ketertarikan pada fisik lawan jenis'  Menurut Plato seorang filsuf Yunani Kuno, kebahagiaan adalah soal mengatur hasrat dan keinginan yang beragam di dalam diri manusia, sehingga semuanya bisa terarah pada satu tujuan yang bisa membuatnya bahagia. Aristoteles pernah berkata, bahwa lepas dari keberagaman kriteria dan isi dari apa yang membuat orang bahagia, ada satu hal yang sama, yakni bahwa kebahagiaan mencakup aktivitas jiwa manusia yang didasarkan pada keutamaan.

Bukan satu hal yang aneh untuk mengatakan bahwa ketertarikan fisik dapat membuat kita jatuh cinta, dan kemudian bahagia. Kenapa kebahagiaan dan ketertarikan fisik ini penting? Aku berpikir bahwa semua orang yang jatuh cinta sah-sah saja bersikap idealis dengan berkata “aku cinta kamu, bukan melihat dari fisik kamu, tapi hati dan ketulusanmu” Tapi dapatkah aku percaya bahwa dengan 'melihat hati dan ketulusan' saja dapat membuat kebahagiaan dapat benar-benar terpenuhi? Bukankah ketertarikan fisik juga penting? 

Dengan pasangan yang terlihat cantik, dan bagian-bagian fisik lain yang menurut kita menarik atau dengan pasangan yang tampan, dan bagian-bagian fisik menarik lainnya juga penting? Mungkin akan ada banyak orang yang bertanya "fisik tidak cukup untuk memenuhi kebahagiaan, bukankah lebih baik kita mencinta dengan melihat hati dan ketulusan?" 

Sebenarnya cukup sulit jika harus membandingkan kebahagiaan yang hadir karena 'ketertarikan terhadap lawan jenis' dengan 'melihat hati dan ketulusan pasangan' Sebab, keduanya bukan untuk dibandingkan, tapi untuk saling melengkapi. Sekalipun bukan prioritas utama (jika prioritas cintamu adalah hanya hati dan ketulusannya), ketertarikan terhadap fisik lawan jenis tentu juga bukan sesuatu yang perlu kamu tinggalkan ketika ingin bersikap idealis dalam mencinta. Bukankah begitu?

Baiklah kuberi satu contoh, bukankah punya pasangan yang cantik atau ganteng dengan memiliki ketulusan hati, kebijaksanaan itu lebih baik daripada hanya punya pasangan yang memiliki ketulusan hati dan kebijaksanaan?

Penulis : Muhammad Aulia Rahman

Editor  : HUMINFO GenBI Komisariat UIN Antasari


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOSIALISASI & SHARING SESSION BEASISWA BANK INDONESIA 2024

GENBI MENGAJI PART 2

NON TUNAI – SOLUSI TRANSAKSI DI MASA PANDEMI